Sadar
Pernahkah kalian merasakan hang-over? Tapi bukan yang biasanya kalian rasain setelah baru aja mabok minum-minum (yes, been there done that) tapi yang dirasakan setelah kalian baru di-'pukul' ma realita hidup? Dan yang lebih parahnya, kalau dipikir lebih jauh, pukulan itu datang dari diri diri kalian sendiri. Pukulan itu adalah akibat dari ketololan diri kalian sendiri. Ya, aku baru saja mengalami hal tersebut. Dan rasanya tidak enak.
Sebenarnya menurut gwe, gak ada yang bisa menyakiti diri elo selain diri elo sendiri. Terkadang, kita terlalu menaruh kesejahteraan hidup kita di luar diri kita sendiri, entah itu pada orang lain atau pada hal-hal lain. Entah itu pada teman, atau barang-barang yang kita miliki. Entah itu pada keluarga bahkan, ataupun pada binatang peliharaan kita. Menjadi bahagia, seperti banyak orang bijak telah katakan, ada di tangan kita sendiri. Sesuatu yang harus aku pelajari lebih dalam. Sebab tampaknya, kebahagiaanku masih tergantung juga pada hal-hal di luar diriku sendiri.
Heh, hal ini dah sering kuucapkan berkali-kali, baik pada diriku sendiri, maupun kepada orang lain. Tapi tetap saja, bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan. Tampaknya sederhana, memang, tapi kalau menjadi sederhana dalam pelaksanaan, rasanya dunia ini akan mendadak memiliki banyak orang suci. Ha ha ha, sebenarnya ini bukanlah hal yang buruk sih, kita masih butuh banyak orang suci di dunia ini.
Aku masih harus belajar untuk bisa menangkap hal-hal di luar diriku, memilah-milah mana yang baik dan buruk, dan untuk tidak membiarkan hal-hal luar ini membentuk siapa diriku tanpa persetujuan hatiku. Aku masih harus belajar untuk acuh terhadap hal-hal buruk yang diucapkan orang lain tentang diriku, terutama yang tidak benar. Karena, toh mereka tidak benar-benar mengenal diriku yang sebenarnya. Mereka tidak menjalani hidupku, mereka tidak hidup dalam lingkunganku, mereka tidak memiliki keluarga seperti keluargaku, dan mereka tidak hidup di dalam tubuhku. Siapapun mereka itu, baik keluarga maupun sahabat-sahabat terdekat, mereka tidak bisa menilai siapa diriku. Saya rasa hanya Yang Maha Kuasa yang tahu benar siapa diriku, bahkan lebih baik daripada diriku mengenal diriku sendiri (kecuali kalau aku bisa benar-benar Sadar, dan mungkin pada saat itulah aku bisa benar-benar melihat siapa diriku ini). Hanya Yang Maha Kuasa yang bisa mengadiliku. Tidaklah berarti bahwa saya tidak menghargai mereka. Bukan hak saya untuk menentukan apa yang ada di dalam pikiran mereka. Tapi adalah hak dan kewajiban saya untuk menentukan sikap saya terhadap hal-hal ini. Inilah letak kekuasaan setiap orang terhadap dirinya sendiri.
Apalah pula arti prestasi? "Luar biasa pintar kamu, nak! Nilai ulanganmu 100!", atau "Selamat, anda lulus dengen predikat cum laude!", atau bahkan "Selamat, anda berhasil menyelesaikan proyek ini!" Kita datang di dunia ini hanyalah diberi sebuah tubuh, bahkan pada saat meninggal tubuh ini tertinggal di dunia ini. Apalah artinya hal-hal tersebut, bila kita benar-benar pikirkan? Pernah ada saat di mana hal ini adalah segalanya untukku. Ada saatnya dimana aku membiarkan hal-hal ini membentuk diriku. Ada saatnya dimana hal ini menentukan siapa aku. Tapi, pada akhirnya, aku sedikit tersadarkan bahwa hal-hal tersebut tidak bisa mendefinisikan siapa diriku sebenarnya. Mereka hanyalah hasil, produk, residu dari tindakan-tindakanku, dan bukanlah definisi diriku. Mereka hanyalah kata-kata orang, tulisan di atas sebuah kertas (kertas ulangan, kertas ijazah, kertas kontrak), apalah artinya hal-hal ini? Kata-kata orang hanyalah tinggal di kenangan, di masa lalu, kertas-kertas tersebut bisa tertiup dibawa angin, terbakar oleh api dan menjadi debu, tapi hanyalah jiwa yang kekal. Tetapi, jujur saja, aku katakan bahwa aku hanya sedikit tersadarkan karena hal-hal ini juga tetap bisa mempengaruhi diriku.
Akan selalu ada orang-orang yang berusaha memaksakan kehendak mereka terhadap orang lain, yang berpikir bahwa pendapat mereka, kata-kata mereka, tindakan mereka, bisa mempengaruhi atau bahkan merubah orang lain. Mereka mungkin benar, bahwa mereka bisa mempengaruhi atau bahkan merubah orang lain. Tapi mereka tidak akan pernah menemukan kepuasan batin sejati dalam usaha mereka ini. Dan bagi mereka yang membiarkan dirinya dipengaruhi oleh orang lain (seperti diriku) saya cuma bisa berharap mereka bisa terlepas dari belenggu ini.
Memang betul bahwa no man's an island, kita tidak hidup di dunia ini sendirian. Tapi Yang Maha Kuasa pasti memiliki tujuan tersendiri kenapa kita masing-masing dijadikan individual yang memiliki jiwa yang berbeda di dalam tubuh yang berbeda dan bukanlah suatu kesatuan jiwa dan raga yang besar. Apalah pula arti hidup ini tanpa variasi, bukan?
Jadi, pada akhirnya sebenarnya saya hanya ingin mengatakan, kepada siapa saja yang berpikir bahwa mereka dapat mempengaruhi diri saya, mereka mungkin bisa dan dari waktu ke waktu akan sesekali atau dua kali (atau bahkan lebih lagi) berhasil melakukan hal ini. Tapi kalian hanyalah pecundang yang menghabiskan waktu kalian untuk sesuatu yang tak berguna. Just fuckin' mind your own business. You got your own life so stay the fuck out of mine unless the invitations come from me and you decide to accept it.
Ha ha ha, maaf, tidak ada orang yang sempurna, termasuk saya. Can't help myself to utter those satisfying words in the paragraph above.